TUGAS MATA
PELAJARAN KIMIA DASAR
DISUSUN OLEH:
ISMAIL JAMAL HASIBUAN
140111001
STIKES MH.THAMRIN PRODI ANAFARMA
TH.AJARAN 2011/2012
Pembahasan Bab tentang :
1. Senyawa kimia yang meliputi jenis
senyawa kimia dan rumusnya, konsep mol dan senyawa kimia, komposisi senyawa
kimia, bilangan oksidasi, penamaan senyawa organik dan anorganik, nama dan
rumus senyawa anorganik dan organik
2. Pengantar tentang reaksi dalam
larutan berair yang meliputi sifat-sifat larutan berair, reaksi pengendapan,
reaksi asam-basa, oksidasi-reduksi, bahan pengoksidasi dan bahan pereduksi,
stoikoimetri reaksi dalam larutan berair yaitu titrasi
Pendahuluan
Sebelum membahas lebih jauh, ada
baiknya kita membahas tentang ilmu kimia terlebih dahulu. Sulit mendefinisikan
ilmu kimia sehingga mencakup semua ruang lingkup kimia. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa ilmu kimia adalah ilmu rekayasa materi, yaitu mengubah suatu
materi menjadi materi yang lain. Untuk dapat melakukan rekayasa tersebut, para
ahli perlu mengetahui susunan, stuktur, serta sifat-sifat materi. Oleh karena
itu, ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
susunan, struktur sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai
perubahan tersebut.
Materi itu
sendiri adalah sesuatu yang mempunyai massa dan dapat menempati sebuah ruang.
Materi disebut juga dengan zat. Materi dapat berwujud gas ( udara, gas oksigen,
gas karbondioksida, dll), cair (air, minyak, bensin, alkohol, dll), padat
(batu, kayu, besi, dll).
Setiap
materi dapat mengalami perubahan, meliputi perubahan fisika dan perubahan
kimia.Perubahan fisika yaitu perubahan materi yang tidak menghasilkan zat baru.
Perubahan kimia yaitu perubahan materi yang menghasilkan zat baru. Perubahan
kimia disebut juga Reaksi kimia.
Reaksi kimia yang terjadi pada suatu zat dapat diketahui berdasarkan tanda-tanda/gejala-gejala yang menyertai reaksi tersebut.
Reaksi kimia yang terjadi pada suatu zat dapat diketahui berdasarkan tanda-tanda/gejala-gejala yang menyertai reaksi tersebut.
Materi
dikelompokkan menjadi dua ,yaitu :
1.
Zat tunggal, dapat berupa unsur dan senyawa
Unsur
adalah zat tunggal yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang lebih
sederhana secara reaksi kimia biasa. Contoh: oksigen,
hidrogen, besi, tembaga dan lain-lain
Senyawa adalah zat tunggal yang masih
dapat diuraikan menjadi zat-zat lain yang lebih sederhana secara reaksi kimia.
Contoh: air, garam, cuka dan lain-lain.
2.
Campuran, adalah gabungan dua atau lebih zat tunggal yang tidak saling
bereaksi dan masing-masing komponen masih mempertahankan sifat asalnya
Campuran meliputi:
- Larutan, yaitu campuran yang bersifat homogen. Contoh: larutan gula, larutan cuka, larutan garam
- Dispersi koloid, yaitu
campuran yang bersifat antara homogen dan heterogen. Contoh: susu, asap,
kabut, dan lain-lain.
-
Suspensi, yaitu campuran
yang bersifat heterogen. Contoh:
campuran air dan sabun, air teh, air kopi, dan lain-lain.
Pembahasan Bab I : Senyawa Kimia
Pengertian Senyawa
Senyawa adalah zat tunggal yang masih
dapat diuraikan menjadi zat-zat lain yang lebih sederhana secara reaksi kimia.
Senyawa merupakan gabungan dua atau lebih unsur yang berlainan jenis. Meskipun
senyawa terbentuk dari perikatan kimia dari beberapa unsure, senyawa mempunyai
sifat-sifat tertentu yang berbeda dari sifat unsur penyusunnya.
Misalnya :
-
Air merupakan
gabungan antara unsur hidrogen dan oksigen.
-
Garam
dapur merupakan gabungan antara unsur natrium dan khlor.
-
Asam
cuka merupakan gabungan antara unsur karbon, hidrogen dan oksigen
Lambang Senyawa :
Penulisan lambang senyawa merupakan
gabungan dari lambang unsur-unsur yang menyusun senyawa tersebut.
Misalnya :
-
Air
= H2O
-
Garam
dapur = NaCl
-
Asam
cuka = C2H4O2 atau CH3COOH atau HC2H3O2
Jenis Senyawa Kimia
Partikel
senyawa dapat berupa molekul atau ion. Senyawa yang partikelnya berupa
molekul disebut senyawa molekul,
sedangkan yang partikelnya berupa ion disebut senyawa ion. Pada umumnya, senyawa dari unsur logam tergolang
senyawa ion, sedangkan senyawa antarsesama nonlogam tergolong senyawa molekul.
Senyawa molekul : Air (H2O),
ammonia (NH3), karbondioksida (CO2), dan metana (CH4).
Senyawa ion : Natrium klorida (NaCl)
dan kalsium karbonat (CaCO3).
Jenis senyawa kimia yang lainnya
adalah senyawa kovalen, untuk memperkirakan rumus molekul senyawa kovalen anda
harus memperhatikan aturan oktet dan duplet dari Lewis. Sehingga anda harus
memperhatikan elektron valensi atom – atom yang berikatan. Cara memberi nama
senyawa hampir mirip dengan senyawa ion, karena pada umumnya unsur metalloid
dan non logam dapat mempunyai beberapa valensi, maka valensi atom pusat harus
ditulis dalam angka romawi dalam kurung atau jumlah atom yang mengelilingi atom
pusat dinyatakan dalam bilangan yunani.
Contoh :
Senyawa karbon dengan oksigen dapat terbentuk : CO = Karbon monoksida, CO2
= Karbon dioksida.
Senyawa P
dengan Cl dapat terbentuk: PCl3 = Pospor (III) klorida atau pospor
triklorida, PCl5 = Pospor (V) klorida atau pospor pentakl.
Rumus kimia
Rumus kimia zat menyatakan jenis dan
jumlah relatif atom-atom yang terdapat dalam suatu zat (yang menyusun zat itu).
Rumus kimia berbentuk kumpulan lambing atom dengan komposisi tertentu. Angka yang menyatakan jumlah atom suatu unsur
dalam rumus kimia disebut Angka Indeks. Dalam
rumus kimia air (H2O), indeks H = 2, dan indeks O = 1 (indeks 1
tidak ditulis).
Rumus kimia suatu zat dapat berupa Rumus Molekul atau Rumus Empiris. Kita akan membahas perbedaan kedua rumus tersebut.
Rumus Molekul
Rumus molekul zat menyatakan jenis
dan jumlah atom dalam tiap molekul zat itu. Hanya zat (unsure atau senyawa)
yang partikelnya berpa molekul yang mempunyai rumus molekul.
Contoh: rumus molekul karbondioksida
ialah CO2.
karena tiap molekul karbondioksida
terdiri dari 1 atom C dan 2 atom O. dalam rumus molekul karbondioksida, indeks
C=1 (angka 1 tidak perlu ditulis) dan indeks O=2.
Rumus Empiris
Rumus empiris atau rumus perbandingan
menyatakan jenis dan perbandingan paling
sederhana dari atom-atom dalam senyawa yang bersangkutan.
Contoh : kalium klorida adalah senyawa ion yang terdiri dari ion K+
da ion Cl- dengan perbandingan 1:1. Rumus kimia kalium klorida adalah KCl.
Banyak senyawa mempunyai rumus
empiris yang sama dengan rumus molekulnya (mengapa?). Perhatikanlah kaitan
antara rumus molekul dan rumus empiris beberapa zat berikut ini.
Table 1 : Hubungan antara Rumus
Molekul dan Rumus Empiris
Nama zat
|
Rumus molekul
|
Rumus empiris
|
Etuna
Benzena
Etana
Etena
Air
|
C2H2
C6H6
C2H6
C2H4
H2O
|
CH
CH
CH3
CH2
H2O
|
Tabel 2 : Rumus Kimia dari Beberapa
Senyawa
Nama
Senyawa
|
Rumus
Kimia
|
Nama
Senyawa
|
Rumus
Kimia
|
Air
Amonia
Metana
Sukrosa
Glukosa
Natrium
klorida
|
H2O
NH3
CH4
C12H22O11
C6H12O6
NaCl
|
Asam
cuka
Alcohol
Asam
sulfat
Asam
klorida
Urea
Soda
|
CH3COOH
C2H5OH
H2SO4
HCl
CO(NH2)2
Na2CO3
|
Rumus kimia senyawa ion adalah rumus empiris. Hanya senyawa molekul yang
mempunyai rumus molekul.
Selain
itu juga ada rumus kimia lainnya, yakni Rumus
Struktur yang merupakan rumus kimia yang menggambarkan posisi atau
kedudukan atom dan jenis ikatan antar atom pada molekul.
Rumus
struktur secara singkat dituliskan :
CH3CH3
CH3COOH
CH3CH3
CH3COOH
Persamaan Reaksi
didefinisikan sebagai penulisan suatu
reaksi atau perubahan kimia yang mengacu pada hukum-hukum dasar kimia.
Penulisan persamaan reaksi memberikan kesederahanaan tentang sebuah reaksi.
jika kita mereaksikan antara larutan timah hitam nitrat dengan kalium iodida :
Pb(NO3)2(aq)
+ 2Kl(aq) → Pbl2(s) + 2KNO3(aq)
Penyederhanaan menggunakan
istilah-istilah seperti; + (ditambah) yang dibaca “bereaksi dengan” → (tanda
panah) yang dibaca “menghasilkan”.
dan keterangan tentang zat-zat yang
terlibat dalam reaksi kimia adalah;
(s) padatan (s = solid),
(g) gas (g = gas),
(l) cairan atau leburan (l = liquid),
(aq) terlarut dalam air (aq = aquous)
(g) gas (g = gas),
(l) cairan atau leburan (l = liquid),
(aq) terlarut dalam air (aq = aquous)
Persamaan reaksi mempunyai sifat
antara lain :
-
Jenis
unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
-
Jumlah
masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
-
Perbandingan
koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang berwujud gas
perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan volume asalkan suhu den
tekanannya sama)
Konsep Mol
Massa Atom/Molekul Relatif (Ar/Mr),
Isotop Dan Kelimpahannya
1.
Massa
Atom Relatif (Ar)
Massa Atom relatif adalah perbandingan relatif massa atom unsur tertentu
terhadap massa atom unsur lainnya. Satuan Massa Atom disingkat sma.
1 sma = x massa atom C-12. Jika massa atom Karbon (C)
adalah 12,01115 » 12 maka perhitungan massa atom relatif dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
Karena massa atom C-12
sama dengan 1 sma, maka : Ar X = massa rata-rata 1 atom unsur X » Ar X = pembulatan massa rata-rata 1
atom unsur X
Contoh : Diketahui massa atom unsur
Al adalah 26,98115 tentukan massa atom relatif (Ar) unsur tersebut :
Jawab : » 26,98115 dibulatkan menjadi
27
2.
Massa Molekul Relatif (Mr)
Massa Molekul Relatif
adalah perbandingan massa 1 molekul unsur atau senyawa terhadap massa atom C-12
dan dirumuskan sebagai berikut :
Mr =
jumlah total Ar unsur-unsur penyusun senyawa
Mr = S
Jumlah Atom. Ar.b
Jumlah Atom adalah hasil perkalian
antara indeks dan koefisien. Indeks menyatakan jumlah atom masing-masing unsur
yang ada didepannya. Jika terdapat indeks ganda (indeks didalam kurung dan
indeks diluar kurung), maka terlebih dahulu dilakukan perkalian antar indeks
untuk mendapatkan indeks yang akan dikalikan dengan koefisien nantinya.
Koefisien menyatakan jumlah
keseluruhan atom unsur yang ada dibelakangnnya. Jika indeks dan koefisien tidak
tertulis maka indeks dan koefisiennya adalah 1.
Contoh : Diketahui Ar H=1, Ar C=12, Ar N=14,
Ar O=16. Tentukan Mr dari senyawa (NH4)2.CO3
Jawab : Mr (NH4)2.CO3 = {(Jlh.Atom N.Ar N) + (Jlh.Atom H.Ar H) +
(Jlh.Atom C.Ar C) + (Jlh.Atom O. Ar O)} =
{(indeks N.indeks
NH4).Koef.(NH4)2.CO3 x Ar N) + (indeks H.indeks NH4).Koef.(NH4)2.CO3 x Ar H) +
(indeks C.Koef.(NH4)2.CO3 x Ar C) + (indeks O.Koef.(NH4)2.CO3 x Ar O)}
=
{(1.2 x 1 x Ar N) + (4.2.1 x 1 x Ar H) + (1.1 x Ar C) + (3.1 x Ar O)}
=
{(2.Ar N) + (8.Ar H) + (1.Ar C) + (3.Ar O)}
=
{(2.14) + (8.1) + (1.12) + (3.16)}
=
{(28 + 8 +12 +48)}
=
96
3. Isotop
Massa atom untuk tiap atom tidak khas,
dalam arti atom suatu unsur yang sama, mungkin memiliki massa yang berbeda
Isotop adalah unsur yang mempunyai nomor atom yang sama tetapi nomor massa yang
berbeda. Hidrogen mempunyai 3 isotop, yaitu 11H, 21H
, dan 31H.
Mengapa atom-atom dari unsur yang
sama, bisa mempunyai nomor massa yang berbeda? Hal ini disebabkan karena
perbedaan jumlah neutron yang terdapat dalam inti atomnya, karena massa atom
lebih ditentukan dari jumlah massa proton + jumlah massa neutronnya, sementara
jumlah massa elektronnya diabaikan. Massa dari isotop dapat ditentukan dengan
alat yang diberi nama Spektograf Massa.
Selain isotop, dikenal juga beberapa
istilah yang lain, yaitu sebagai berikut :
a. Isobar, merupakan atom-atom unsur
yang mempunyai nomor massa sama, tetapi nomor atom dan unsurnya berbeda. Contoh
: 146C Dengan 147Na
; 2411Na dengan 2412Mg .
b. Isoton, merupakan atom-atom unsur
yang mempunyai jumlah neutron yang sama, tetapi nomor atom dan unsurnya
berbeda. Contoh : 3115P
dengan 3216S
n
= 31 – 15 dengan
= 16
n =
32 – 16
= 16
c. Isoelektron, merupakan atom-atom
unsur yang mempunyai jumlah elektron yang sama, tetapi nomor atom dan unsurnya
berbeda. Contoh : 11Na+
e
= 11 – 1 dan
=
10
9F-
e
= 9 + 1
=
10
d. Kelimpahan Isotop di Alam
Unsur yang terdapat di alam
kebanyakan terdapat sebagai campuran isotop. Massa atom relatif (Ar/Mr) dari
suatu unsur dapat dicari dengan menjumlahkan persentase masing-masing isotop
dari atom terhadap nomor massanya. Karena setiap isotop mempunyai massa yang
berbeda, maka harga massa atom setiap unsur merupakan harga rata-rata seluruh
isotopnya.
Kelimpahan isotop dialam dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Massa 1 atom X rata-rata = {(%X1.massa X1) +
(%X2.massa X2)}
Dimana :
% X = persentase atom
Massa X1 =
massa isotop ke-1
Massa X2 =
massa isotop ke-2
Contoh :
Diketahui di alam terdapat 59,98%
isotop . Bila Ar Cl 36,2 dan Cl mempunyai 2 isotop, maka nomor massa isotop
yang lain adalah ….
Penyelesaian
Cl ke-1 =
59,98% –>NM = 36,2
Cl ke-2 =
(100 – 59,98)%
= 40,02 % –> NM= …?
Ar Cl =
(%Cl-1. Massa Cl-1) + (%Cl-2. Massa Cl-2)
36,2 =
(59,98%. 37) + (40,02%. NM Cl-2)
36,2 =
(22,19926) + (40,02%. NM Cl-2)
NM Cl-2¬ =
35,001
= dibulatkan menjadi 35 sehingga Nomor massa isotop yang lain adalah
35.
Konsep Mol dan Bilangan Avogadro
Mol adalah jumlah dari suatu zat yang mengandung jumlah satuan dasar (atom, molekul, ion) yang sama dengan atom-atom dalam 12 gisotop 12C. Jumlah partikel (atom, molekul atau ion) dalam satu mol disebut bilangan Avogadro (atau tetapan Avogadro) dengan lambang L. Amedeo Avogadro, adalah orang yang pertama kali mempunyai ide dari satuan ini.
Harga L sebesar 6,02 x 1023 partikel mol-1. Dapatkah Anda bayangkan besarnya angka itu? Seandainya dapat dikumpulkan sebanyak 6,02 x 1023 butir jagung, jagung itu dapat tertimbun di permukaan bumi Indonesia dengan mencapai ketinggian beberapa kilometer. Dari uraian di atas, maka kita dapatkan :
Mol adalah jumlah dari suatu zat yang mengandung jumlah satuan dasar (atom, molekul, ion) yang sama dengan atom-atom dalam 12 gisotop 12C. Jumlah partikel (atom, molekul atau ion) dalam satu mol disebut bilangan Avogadro (atau tetapan Avogadro) dengan lambang L. Amedeo Avogadro, adalah orang yang pertama kali mempunyai ide dari satuan ini.
Harga L sebesar 6,02 x 1023 partikel mol-1. Dapatkah Anda bayangkan besarnya angka itu? Seandainya dapat dikumpulkan sebanyak 6,02 x 1023 butir jagung, jagung itu dapat tertimbun di permukaan bumi Indonesia dengan mencapai ketinggian beberapa kilometer. Dari uraian di atas, maka kita dapatkan :
1 mol = L partikel
1 mol = 6,02 x 1023 mol-1
Rumus yang menyatakan hubungan antara mol dan jumlah partikel sebagai berikut.
Jumlah partikel = mol X L
Mol = jumlah paertikel
L = bilangan avogaro (6,02 x 1023 mol-1)
1 mol = 6,02 x 1023 mol-1
Rumus yang menyatakan hubungan antara mol dan jumlah partikel sebagai berikut.
Jumlah partikel = mol X L
Mol = jumlah paertikel
L = bilangan avogaro (6,02 x 1023 mol-1)
Hubungan Mol dengan Massa (Gram)
Massa molar adalah bilangan yang sama dengan massa atom relatif atau massa molekul relatif, tetapi ditunjukkan dalam satuan g/mol.
Rumus yang digunakan:
Gram = mol X Ar atau Mr
Ar atau Mr = gram/mol
Mol = gram/ar mol = gram/Mr
Jumlah partikel/L = gram/Ar
Jumlah partikel/L = gram/Mr
Hukum-Hukum Kimia
1 . Hukum Dalton
Hukum ini menyatakan bahwa tekanan total gas sama dengan jumlah tekanan parsial tiap gas dalam campuran.
P total = Pa + Pb + Pc + . . .
2. Hukum Boyle
Hukum ini menyatakan bahwa pada suhu tetap volume sejumlah tertentu gas berbanding terbalik dengan tekanan.
V = 1/P (T dan m tetap)
V = 1/P (konstan) atau P1 V1 = P2 V2
Dengan, V1 = volume gas pada tekanan P1 (keadaan gas sebelum berubah)
V2 = volume gas pada tekanan P2 (keadaan gas setelah berubah)
3. Hukum Gay Lussac
Gay Lussac merumuskan suatu hukum yang menyatakan bahwa “pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi merupakan perbandingan bilangan bulat dan sederhana”.
Untuk dapat lebih memahami hasil penelitian Gay Lussac, perhatikan contoh-contoh berikut ini.
1) Satu liter gas hidrogen bereaksi dengan satu liter gas klorin, menghasilkan dua liter gas hidrogen klorida.
H2 (g) + Cl2 (g) → 2 HCl (g)
1L 1L 2L
Perbandingan volume gas H2 : gas Cl2 : gas HCl = 1 : 1 : 2
2)Satu liter gas nitrogen bereaksi dengan satu liter gas hydrogen menghasilkan dua liter gas amonia.
N2 (g) + 3H2 (g) → 2 NH3 (g)
1L 3L 2L
Perbandingan volume gas N2 : gas H2 : gas NH3 = 1 : 3 : 2
Dari beberapa contoh diatas, diperoleh perbandingan dengan bilangan yang bulat dan sederhana.
4. Hukum Avogadro
Hukum Avogadro menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang memiliki volume sama, akan memiliki jumlah molekul yang sama.
Secara umum pada suatu reaksi gas:
aA + bB → cC + dD
Misalnya p liter A setara dengan q molekul. Untuk menghitung volume atau jumlah molekul zat lain (B, C atau D) dilakukan cara sebagai berikut.
Volume B = koefisien A x volume A / koefisien B
Jumlah molekul B = Koefesien B x jumlah molekul A / Koefesien A
Massa molar adalah bilangan yang sama dengan massa atom relatif atau massa molekul relatif, tetapi ditunjukkan dalam satuan g/mol.
Rumus yang digunakan:
Gram = mol X Ar atau Mr
Ar atau Mr = gram/mol
Mol = gram/ar mol = gram/Mr
Jumlah partikel/L = gram/Ar
Jumlah partikel/L = gram/Mr
Hukum-Hukum Kimia
1 . Hukum Dalton
Hukum ini menyatakan bahwa tekanan total gas sama dengan jumlah tekanan parsial tiap gas dalam campuran.
P total = Pa + Pb + Pc + . . .
2. Hukum Boyle
Hukum ini menyatakan bahwa pada suhu tetap volume sejumlah tertentu gas berbanding terbalik dengan tekanan.
V = 1/P (T dan m tetap)
V = 1/P (konstan) atau P1 V1 = P2 V2
Dengan, V1 = volume gas pada tekanan P1 (keadaan gas sebelum berubah)
V2 = volume gas pada tekanan P2 (keadaan gas setelah berubah)
3. Hukum Gay Lussac
Gay Lussac merumuskan suatu hukum yang menyatakan bahwa “pada suhu dan tekanan yang sama, perbandingan volume gas-gas yang bereaksi dan volume gas-gas hasil reaksi merupakan perbandingan bilangan bulat dan sederhana”.
Untuk dapat lebih memahami hasil penelitian Gay Lussac, perhatikan contoh-contoh berikut ini.
1) Satu liter gas hidrogen bereaksi dengan satu liter gas klorin, menghasilkan dua liter gas hidrogen klorida.
H2 (g) + Cl2 (g) → 2 HCl (g)
1L 1L 2L
Perbandingan volume gas H2 : gas Cl2 : gas HCl = 1 : 1 : 2
2)Satu liter gas nitrogen bereaksi dengan satu liter gas hydrogen menghasilkan dua liter gas amonia.
N2 (g) + 3H2 (g) → 2 NH3 (g)
1L 3L 2L
Perbandingan volume gas N2 : gas H2 : gas NH3 = 1 : 3 : 2
Dari beberapa contoh diatas, diperoleh perbandingan dengan bilangan yang bulat dan sederhana.
4. Hukum Avogadro
Hukum Avogadro menyatakan bahwa pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang memiliki volume sama, akan memiliki jumlah molekul yang sama.
Secara umum pada suatu reaksi gas:
aA + bB → cC + dD
Misalnya p liter A setara dengan q molekul. Untuk menghitung volume atau jumlah molekul zat lain (B, C atau D) dilakukan cara sebagai berikut.
Volume B = koefisien A x volume A / koefisien B
Jumlah molekul B = Koefesien B x jumlah molekul A / Koefesien A
Komposisi Senyawa Kimia / Kadar
Unsur dalam Senyawa
Senyawa kimia terdiri dari unsur-unsur penyusunnya. Kadar unsur-unsur
dalam suatu senyawa dapat ditentukan dari rumus kimianya (rumus empiris atau
rumus molekul). Seperti telah diketahui, rumus kimia suatu senyawa menyatakan perbandingan
mol atom unsure penyusunnya. Dari perbandingan atom dapat ditentukan
perbandingan massa dan kaar (%massa) unsure-unsur penyusun senyawa.
Contoh :
Sukrosa mempunyai rumus molekul C12H22O11.
Kadar unsure-unsur penyusun senyawa itu dapat ditentukan sebagai berikut:
1.
Rumus
kimia senyawa: C12H22O11
2.
Perbandingan
mol atom unsure C : H : O = 12 : 22 : 11
3.
Perbandingan
massa unsure C : H : O = (12x12) : (
22x1) : ( 11x16) = 144 : 22 : 176
4.
Jumlah
perbandingan = 144+22+176=342 = Mr C12H22O11
5.
Kadar
C = 144/342 x 100% = 41,1%
Kadar H = 22/342 x 100% = 6,4%
Kadar O = 176/342 x 100% = 51,5%
Dari contoh di atas, dapat ditulis
rumus untuk menghitung kadar unsure dalam suatu senyawa sebagai berikut : Kadar =
x Ar / Mr
x 100%
Bilangan Oksidasi (BILOKS)
Pengert ian Bilangan Oksidasi
Dengan
bilangan oksidasi akan mempermudah dalam pengerjaan reduksi atau oksidasi dalam
suatu reaksi redoks.
Kita akan
membuat contoh dari Vanadium. Vanadium membentuk beberapa ion, V2+
dan V3+. Bagaimana ini bisa terjadi? Ion V2+ akan
terbentuk dengan mengoksidasi logam, dengan memindahkan 2 elektron:
Vanadium
kini disebut mempunyai biloks +2.
Pemindahan
satu elektron lagi membentuk ion V3+:
Vanadium
kini mempunyai biloks +3.
Pemindahan
elektron sekali lagi membentuk bentuk ion tidak biasa, VO2+.
Biloks
vanadium kini adalah +4. Perhatikan bahwa biloks tidak didapat hanya dengan
menghitung muatan ion (tapi pada kasus pertama dan kedua tadi memang benar).
Bilangan
oksidasi positif dihitung dari total elektron yang harus dipindahkan-mulai dari
bentuk unsur bebasnya.
Vanadium
biloks +5 juga bisa saja dibentuk dengan memindahkan elektron kelima dan
membentuk ion baru.
Setiap kali
vanadium dioksidasi dengan memindahkan satu elektronnya, biloks vanadium
bertambah 1.
Sebaliknya,
jika elektron ditambahkan pada ion, biloksnya akan turun. Bahkan dapat didapat
lagi bentuk awal atau bentuk bebas vanadium yang memiliki biloks nol.
Bagaimana
jika pada suatu unsur ditambahkan elektron? Ini tidak dapat dilakukan pada
vanadium, tapi dapat pada unsur seperti sulfur.
Ion sulfur
memiliki biloks -2.
Biloks
menunjukkan total elektron yang dipindahkan dari unsur bebas (biloks positif)
atau ditambahkan pada suatu unsur (biloks negatif) untuk mencapai keadaan atau
bentuknya yang baru.
Dengan
memahami pola sederhana ini akan mempermudah pemahaman tentang konsep bilangan
oksidasi. Jika anda mengerti bagaimana bilangan oksidasi berubah selama reaksi,
anda dapat segera tahu apakah zat dioksidasi atau direduksi tanpa harus
mengerjakan setengah-reaksi dan transfer elektron.
Biloks tidak
didapat dengan menghitung jumlah elektron yang ditransfer. Karena itu
membutuhkan langkah yang panjang. Sebaliknya cukup dengan langkah yang
sederhana, dan perhitungan sederhana.
E Biloks
dari unsur bebas adalah nol. Itu karena unsur bebas belum mengalami oksidasi
atau reduksi. Ini berlaku untuk semua unsur, baik unsur dengan struktur
sederhana seperti Cl2 atau S8, atau unsur dengan struktur
besar seperti karbon atau silikon.
* Jumlah
biloks dari semua atom atau ion dalam suatu senyawa netral adalah nol.
* Jumlah
biloks dari semua atom dalam suatu senyawa ion sama dengan jumlah muatan ion
tersebut.
Contoh soal bilangan oksidasi
Apakah bilangan oksidasi dari kromium dalam Cr2+?
Apakah bilangan oksidasi dari kromium dalam Cr2+?
Untuk ion
sederhana seperti ini, biloks adalah jumlah muatan ion, yaitu +2 (jangan lupa
tanda +)
Apakah bilangan oksidasi dari kromium dalam CrCl3?
CrCl3 adalah senyawa netral, jadi jumlah biloksnya adalah nol. Klorin memiliki biloks -1. Misalkan biloks kromium adalah n:
CrCl3 adalah senyawa netral, jadi jumlah biloksnya adalah nol. Klorin memiliki biloks -1. Misalkan biloks kromium adalah n:
Apakah bilangan oksidasi dari tembaga dalam CuSO4?
Dalam
mengerjakan soal oksidasi tidak selalu dapat memakai cara sederhana seperti
diatas. Permasalahan dalam soal ini adalah dalam senyawa terdapat dua unsur
(tembaga dan sulfur) yang biloks keduanyadapat berubah.
Ada dua cara
dalam memecahkan soal ini:
Senyawa ini
merupakan senyawa ionik, terbentuk dari ion tembaga dan ion sulfat, SO42-,
untuk membentuk senyawa netral, ion tembaga harus dalam bentuk ion 2+. Jadi
biloks tembaga adalah +2.
Senyawa ini
juga dapat ditulis tembaga(II)sulfat. Tanda (II) menunjukkan biloksnya adalah
2. Kita dapat mengetahui bahwa biloksnya adalah +2 dari logam tembaga membentuk
ion positif, dan biloks adalah muatan ion.
Penggunaan bilangan oksidasi
Dalam penamaan senyawa
Anda pasti
pernah tahu nama-nama ion seperti besi(II)sulfat dan besi(III)klorida. Tanda
(II) dan (III) merupakan biloks dari besi dalam kedua senyawa tersebut: yaitu
+2 dan +3. Ini menjelaskan bahwa senyawa mengandung ion Fe2+ dan Fe3+.
Besi(II)sulfat
adalah FeSO4. Ada juga senyawa FeSO3 dengan nama klasik
besi(II)sulfit. Nama modern menunjukkan biloks sulfur dalam kedua senyawa.
Ion sulfat yaitu SO42-. Biloks sulfur adalah +6. Ion tersebut sering disebut ion sulfat(VI).
Ion sulfat yaitu SO42-. Biloks sulfur adalah +6. Ion tersebut sering disebut ion sulfat(VI).
Ion sulfit
yaitu SO32-. Biloks sulfur adalah +4. Ion ini sering
disebut ion sulfat(IV). Akhiran -at menunjukkan sulfur merupakan ion negatif.
Jadi
lengkapnya FeSO4 disebut besi(II)sulfat(VI), dan FeSO3
disebut besi(II)sulfat(IV). Tetapi karena kerancuan pada nama-nama tersebut,
nama klasik sulfat dan sulfit masih digunakan.
Menggunakan bilangan oksidasi untuk
menentukan yang dioksidasi dan yang direduksi.
Ini
merupakan aplikasi bilangan oksidasi yang paling umum. Seperti telah
dijelaskan:
Pada contoh
berikut ini, kita harus menentukan apakah reaksi adalah reaksi redoks, dan jika
ya apa yang dioksidasi dan apa yang direduksi.
Contoh :
Reaksi
antara magnesium dengan asam hidroklorida:
Apakah ada
biloks yang berubah? Ya, ada dua unsur yang berupa senyawa pada satu sisi
reaksi dan bentuk bebas pada sisi lainnya. Periksa semua biloks agar lebih
yakin.
Biloks
magnesium naik, jadi magnesium teroksidasi. Biloks hidrogen turun, jadi
hidrogen tereduksi. Klorin memiliki biloks yang sama pada kedua sisi persamaan
reaksi, jadi klorin tidak teroksidasi ataupun tereduksi.
Contoh :
Reaksi antara natrium hidroksidsa dengan asam hidroklorida:
Reaksi antara natrium hidroksidsa dengan asam hidroklorida:
Semua
bilangan oksidasi diperiksa:
Ternyata
tidak ada biloks yang berubah. Jadi, reaksi ini bukanlah reaksi redoks.
Tata
Nama dan rumus Senyawa Anorganik
1. Tata Nama Senyawa Biner dari dua
jenis unsur.
Semua senyawa biner
memiliki nama berakhiran –ida. Jika senyawa biner tersusun dari atom logam dan
non logam, maka nama logam disebutkan (dituliskan) lebih dahulu lalu diikuti
oleh nama non logam yang berakhiran –ida. Jika senyawa biner tersusun
seluruhnya dari atom nonlogam, maka penulisan dilakukan berdasarkan urutan : B
– Si - As – C – P – N – H- S – I – Br –
Cl – O - F
Akhiran –ida disandang atom yang
lebih kanan. Nama yang sudah umum tidak perlu menggunakan aturan tatanama
senyawa biner. Seperti H2O (air), NH3 (amoniak) .
2. Senyawa Biner dari logam dan nonlogam
Pada senyawa ini tersusun dari
ion-ion, yaitu ion logam yang bermuatan positif dan ion nonlogam yang bermuatan
negatif . Jumlah total muatan ion-ion harus sama dengan 0 (nol), sehingga
muatan senyawa terbentuk adalah netral.
Nama senyawa biner dari
logam-nonlogam adalah rangka nama logam dan nonligam dengan akhiran –ida.
Contoh : NaCl (natrium klorida), SnO (timah(II)
oksida), SnO2 (timah(IV) oksida).
3. Tata Nama Senyawa Ion
Senyawa ion tersusun oleh ion positif
dan ion negatif. Ion positif umumnya berasal dari unsur logam dan merupakan ion
tunggal (kation tunggal). Kation poliatom diantaranya adalah NH4+.
Anion (ion negatif) tunggal umumnya berasal dari unsur nonlogam, sedangkan
anion poliatom sangat banyak. Nama senyawa ion biasanya ditulis dengan menyebut
nama kation lebih dulu diikuti nama anion
Contoh : NaNO3
(natrium nitrat), FeSO4 (Besi(II) sulfat), Fe2(SO4)3
(Besi(III) sulfat).
4. Tata Nama Asam
Beberapa asam merupakan senyawa
biner, tetapi kebanyakan asam tersusun dari tiga jenis atom, yaitu hidrogen,
oksigen dan atom nonlogam
Contoh : HF (asam
fluorida), H2SO4 (asam sulfat), H3PO4
(asam fosfat)
5. Tata Nama Basa
Basa adalah zat yang
dalam air menghasilkan ion OH-. Umumnya basa adalah senyawa ion dari
kation logam dengan anion OH-.
Contoh : NaOH (natrium
hidroksida), Mg(OH)2 (magnesium hidroksida)
Tata Nama dan Rumus Senyawa Organik
Alkana
Perbedaan rumus struktur alkana dengan jumlah C yang sama
akan menyebabkan berbedaan sifat alkana yang bersangkutan. Banyaknya
kemungkinan struktur senyawa karbon, menyebabkan perlunya pemberian nama yang
dapat menunjukkan jumlah atom C dan rumus strukturnya. Aturan pemberian nama
hidrokarbon telah dikeluarkan oleh IUPAC agar dapat digunakan secara
internasional.
Aturan tata nama alkana
1. Rantai
tidak bercabang (lurus) Jika rantai karbon terdiri dari 4 atom karbon atau lebih,
maka nama alkana diberi alawal n- (normal)
CH3 CH2 CH2 CH2
CH3 = n-pentana
2. Jika
rantai karbon bercabang, maka:
a.
Tentukan rantai induk, yaitu rantai
karbon terpanjang dari ujung satu ke ujung yang lain. Rantai induk diberi nama
alkana.
rantai induk terdiri
dari 6 atom C, sehingga diberi nama heksana
b.
Penomoran.
Berilan nomor pada rantai induk
dari ujung terdekat cabang.
Jika nomor dari bawah, maka cabang ada di nomor 3. tetapi
jika dari kanan, maka cabang ada di nomor 4. Sehingga dipilih penomoran dari
ujung bawah.
c.
Tentukan cabang, yaitu atom C yang
yang terikat pada rantai induk. Cabang merupakan gugus alkil dan beri nama
alkil sesuai struktur alkilnya.
Alkena
Alkena merupakan hidrokarbon
tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap dua C=C. Suku alkena yang paling kecil
terdiri dari dua atom C, yaitu etena. Nama alkena sesuai dengan nama alkana
dengan mengganti akhiran – ana menjadi -ena.
Dari tabel diatas rumus molekul
untuk alkena jumlah atom H selalu dua kali jumlah atom C, sehingga secara umum
dapat dirumuskan:
CnH2n
Tata nama alkena
Tata nama alkena menurut IUPAC adalah sebagai berikut:
a. Tentukan rantai induk, yaitu
rantai karbon terpanjang dari ujung satu ke ujung yang lain yang melewati
ikatan rangkap, berilah nama alkena sesuai jumlah atom C pada rantai induk.
b. Penomoran. Penomoran dimulai
dari ujung rantai induk yang terdekat dengan rangkap.
c. Jika terdapat cabang berilah
nama cabang dengan alkil sesuai jumlah atom C cabang tersebut. Jika terdapat
lebih dari satu cabang, aturan penamaan sesuai dengan aturan pada tatanama
alkana.
d. Urutan penamaan: nomor
cabang-nama cabang-nomor rangkap-rantai induk
Contoh:
Alkuna
Alkuna merupakan hidrokarbon
tak jenuh yang mempunyai ikatan rangkap tiga C=C. Suku alkana yang paling kecil
terdiri dari dua atom C, yaitu etuna. Nama alkuna sesuai dengan nama alkana
dengan mengganti akhiran – ana menjadi -una.
rumus
molekul secara umum dapat dirumuskan:
CnH2n-2
Tata nama alkuna
Tata nama
alkuna menurut IUPAC sama dengan tatanama alkena, lang-kah-langkah untuk
memberi nama alkuna adalah sebagai berikut:
a. Tentukan
rantai induk, yaitu rantai karbon terpanjang dari ujung satu ke ujung yang lain
yang melewati ikatan rangkap, berilah nama alkuna sesuai jumlah atom C pada
rantai induk.
b.
Penomoran.
Penomoran dimulai dari ujung rantai induk yang terdekat dengan rangkap.
c. Jika
terdapat cabang berilah nama cabang dengan alkil sesuai jumlah atom C cabang
tersebut. Jika terdapat lebih dari satu cabang, aturan penamaan sesuai dengan
aturan pada tatanama alkana.
d. Urutan
penamaan: nomor cabang-nama cabang-nomor rangkap-rantai induk.
Contoh:
Pembahasan Bab II : Pengantar tentang reaksi
dalam larutan berair
Sifat-Sifat Larutan Berair
Banyak
reaksi kimia dan hamper semua proses biologis berlangsung dalam lingkungan
berair. Oleh karena itu merupakan hal yang penting untuk memahami sifat-sifat
berbagai zat. Sebagai permulaan, apakah sebenarnya yang dimaksud dengan
larutan?yang berbeda dalam larutan dengan medium air. Larutan adalah campuran
yang homogeny dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut
sebagai zat terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak disebut
pelarut. Larutan bisa berwujud gas (seperti udara), padat (seperti alloy/paduan
logam), atau cair (misalnya air laut). dalam pembahasan berikut ini kita hanya membahas larutan berair, dimana zat terlarut awalnya adalah zat cait atau
zat padat dan pelarutnya adalah air.
Elektrolit vs nonelektrolit
Semua zat terlarut yang larut dalam
air termasuk ke dalam salh satu dari dua golongan, yaitu elektrolit dan
nonelektrolit.
a.
Elektrolit
Elektrolit adalah suatu zat
yang ketika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan larutan yg dapat menghantarkan listrik.
Elektrolit terbagi dua, yakni elektrolit kuat dan lemah. Cirri-ciri elektrolit kuat apabila zat terlarut dianggap 100%,
terdisosiasi menjadi ion2nya dalam larutan (disosiasi
adalah penguraian senyawa
menjadikation dan anion)
dan elektrolit lemah hanya sebagian
saja.
b.
Nonelektrolit
Nonelektrolit
yaitu zat yang tidak menghantarkan arus listrik ketika dilarutkan dalam air.
Berikut tabel penggolongan zat terlarut dalam
larutan berair.
Elektrolit kuat
|
Elektrolit lemah
|
Nonelektrolit
|
HCl
|
CH3COOH
|
(NH2)2CO (urea)
|
HNO3
|
HF
|
CH3OH(metanol)
|
HClO4
|
HNO2
|
C2H5OH (etanol)
|
H2SO4
|
NH3
|
C 6H12O6(glukosa)
|
NaOH
|
H2O
|
C12H22O11(sukrosa)
|
Air merupakan pelarut yang
sangat efektif untuk senyawa-senyawa ionik / pelarut polar (memiliki ujung positif H dan ujung negatif O).
Hidrasi (hydration) yaitu proses dimana sebuah ion dikelilingi oleh molekul-molekul air yang
tersusun dalam keadaan tertentu membantu menstabilkan ion2 dlm larutan dan mencegah kation untuk bergabung kembali dengan anion.
contoh : NaCl (s) +(H2O)→ Na+(aq) + Cl-(aq)
contoh : NaCl (s) +(H2O)→ Na+(aq) + Cl-(aq)
Asam dan basa juga merupakan elektrolit.
Beberapa asam termasuk HCl dan HNO3
merupakan elektrolit kuat.
Beberapa asam tertentu seperti CH3COOH mengalami ionisasi sebagian :
CH3COOH (aq) « CH3COO-(aq) + H+(aq) reversible.
Keadaan kimia seperti diatas dimana
tidak ada perubahan menyeluruh yang dapat teramati disebut kesetimbangan kimia. Oleh karena
itu, asam asetat merupakan elektrolit lemah sebab ionisasi yang dialaminya
dalam air tidak sempurna.
Reaksi pengendapan
Salah satu jenis reaksi yang umumnya
berlangsung dalam larutan berair adalah reaksi pengendapan.
Ciri reaksi pengendapan (precipitation reaction) adalah terbentuknya produk yang tak larut/endapan.
Reaksi pengendapan biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionik.
Reaksi pengendapan biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionik.
Contoh : pengendapan Fe(OH)3:Fe 3+(aq) + 3OH-(aq) → Fe(OH)3(s)
50 ml dari 1,5M
NaOH dicampur dengan 35 mL
dari 1 M larutan FeCl3.
Jawab:
Mol Fe 3+= 1 mol/L (1 mol Fe 3+/1 mol FeCl3)(35)(10-3L/1ml)= 3.5 x 10-2mol
Mol OH=1.5 mol/L(1 molOH-/1molNaOH)(50)(10-3 L/1mL)= 7.5 x 10-2molOH-Fe 3+dan OH-
sebagai reaktan pembatas.
Reaktan pembatas :
(3.5 x10-2mol Fe 3+/1mol Fe 3+) = 3.5x10-2
(3.5 x10-2mol Fe 3+/1mol Fe 3+) = 3.5x10-2
(7.5x10-2 mol OH-/3 molOH-)= 2.5x10-2
Maka
anion hidroksida sbg reaktan pembatas.
Kelarutan
Bagaimana
kita dapat meramalkan apakah endapan akan terbentuk ketika dua larutan
dicampurkan atau ketika satu senyawa
ditambahkan ke dalam satu larutan? Hal itu bergantung pada kelarutan
(solubility) dari zat terlarut, yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang akan
larut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu.
Kelarutan khas dari
senyawa-senyawa ionik dalam air pada suhu 25 0C
:
1) Semua senyawa logam alkali (Gol.1A) dapat larut
2) Semua senyawa amonium (NH4-) dapat larut
3) Semua senyawa yg
mengandung nitrat(NO3-), klorat(ClO3-) dan perklorat (ClO4) dapat larut
4) Sebagian besar hidroksida(OH) tidak dapat larut kecuali hidroksida logam alkali dan Ba(OH)2, Ca(OH)2sedkit larut
5) Sebagian
besar seny.yg mengandung klorida(Cl),
bromida(Br) atau iodida(I) dapat larut kecuali senyawa-senyawa mengandung Ag+, Hg2+, dan
Pb 2+
6) Semua karbonat (CO32-) ,fosfat (PO43-) dan
sulfida(S2-) tdk
dpt larut kecuali seyawa2 ion logam alkali dan ion
ammonium
7) Sebag.besar sulfat(SO42) dapat larut, CaSO4dan AgSO4
sdkt larut, BaSO4dan HgSO4, PbSO4
tdk larut.
Reaksi Asam Basa
Definisi Asam Basa Arrhenius
Svante
August Arrhenius (19 Februari 1859-2 Oktober 1927) seorang ilmuwan Swedia
mendefinisikan teori asam-basa sebagai berikut:
— Asam adalah suatu spesies yang akan meningkatkan
konsentrasi ion H+ di dalam air dan basa adalah suatu spesies yang
akan meningkatkan konsentrasi ion OH- di dalam air.
Atau
dengan pernyataan lain
— Asam adalah suatu spesies yang apabila dilarutkan
dalam air akan menghasilkan ion H+ dan basa adalah suatu spesies
yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion OH-
Berikut ciri-ciri asam dan basa Arrhenius :
Asam
• Memiliki rasa masam,mis.cuka (asam asetat), lemon(asam sitrat)
• Memiliki rasa masam,mis.cuka (asam asetat), lemon(asam sitrat)
• Menyebabkan perubahan warna pada
zat warna tumbuhan,mis:lakmus biru menjadi merah
• Bereaksi dgn
logam tertentu seperti seng, magnesium dan besi menghasilkan gas hidrogen. Reaksi khas : 2HCl (aq) + Mg(s) → MgCl2(aq) + H2(aq)
• Bereaksi dengan karbonat dan bikarbonat sperti Na2CO3, CaCO3
dan NaHCO3 menghasilkan gas CO2 : 2HCl(aq) + CaCO3(s) →
CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
• Larutan asam dalam
air bersifat elektrolit
Basa
• Memiliki rasa pahit
• Terasa licin, mis : sabun yg mengandung basa
• Memiliki rasa pahit
• Terasa licin, mis : sabun yg mengandung basa
• Menyebabkan perubahan warna pada
zat warna tumbuhan, mis : lakmus
merah menjadi biru
• Larutan
basa dalam air menghantarkan arus listrik.
Definisi Asam Basa Lewis
Gilbert N. Lewis pada tahun 1923 mempublikasikan definisi asam basa
berdasarkan teori ikatan kimia dimana definisi asam basa Lewis adalah sebagai
berikut:
Asam adalah aseptor pasangan elektron bebas sedangkan basa adalah donor
pasangan elektron bebas.
Definisi Asam Basa Bronsted Lowry
Johannes
Nicolaus Bronsted dan Thomas Martin Lowry pada tahun 1923 secara terpisah
mendefinisikan asam-basa sebagai
berikut:
Asam adalah donor proton dan
sebaliknya basa disebut sebagai aseptor proton.
Zat-zat yang berperilaku menurut
definisi ini disebut asam bronsted dan basa bronsted. Perhatikan bahwa definisi
bronsted tidak memerlukan asam dan basa dalam larutan air.
Asam
klorida merupakan asam bronsted karena memberikan sebuah proton dalam air:
HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)
Perhatikan
bahwa ion H+ adalah atom hidrogen yang telah kehilangan elektronnya; dalam hal
ini disebut proton. Maka :
HCl(aq) + H2O(l) → H3O+(aq) + Cl-(aq)
Proton
terhidrasi H3O+, disebut ion hidronium.
Persamaan ini menunjukkan reaksi dimana asam bronsted (HCl) mendonorkan satu
protonnya kepada basa bronsted (H2O).
Ion OH-
dapat menerima proton sbb:
H+(aq) + OH-(aq) → H2O(l)
Dengan demikian OH- merupakan basa
bronsted.
Penetralan Asam Basa / Netralisasi
Netralisasi adalah reaksi antara ion hidrogen yang berasal
dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk
menghasilkan air yang bersifat netral.
Asam + Basa → garam + air
Semua garam merupakan elektrolit kuat.
Zat yang kita kenal sebagai garam dapur (NaCl), merupakan contoh yang sudah
dikenal baik. Senyawa ini merupakan produk dari reaksi asam-basa berikut:
HCl(aq) + NaOH(aq) → Nacl(aq) + H2O(l)
Walaupun
demikian, karena baik asam maupun basa merupakan elektrolit kuat, senyawa ini
terionisasi sempurna dalam larutan. Persamaan ioniknya adalah:
H+(aq) + Cl-(aq)
+ Na+(aq) + OH-(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
+ H2O(l)
Sehingga reaksinya dapat ditampilkan
mellalui persamaan ionik total:
H+(aq) + OH-(aq) → H2O(l)
Baik Na+ maupun Cl-
merupakan ion-ion pendamping.
Oksidasi-Reduksi
Reaksi
asam basa dapat dikenali sebagai proses transfer proton. Kelompok reaksi yang
disebut reaksi oksidasi-reduksi (atau redoks) dikenal juga sebagai reak si
transfer-elektron. Reaksi redoks berperan banyak dalam kehidupan sehari-hari,
seperti pembakaran bahan bakar minyak bumi sampai pemutih dalam rumah tangga.
Selain itu, sebagian besar unsur logam dan nonlogam diperoleh dari bijihnya
melalui proses oksidasi atau reduksi.
Perhatikan reaksi pembentukan kalsium oksida(CaO) dari
kalsium dan oksigen:
2Ca(s) + O2 → 2Cao(s)
Kalsium
Oksida adalah senawa ionik yang tersususn atas ion Ca2+ dan O2-. Dalam reaksi
pertama, dua atom Ca memberikan atau memindahkan empat elektron kepada dua atom
O (dalam O2). Agar lebih mudah dipahami, proses ini dapat dibuat sebagai dua
tahap terpisah, tahap satu melibatkan hilangna empat elektron dari dua atom Ca
dan tahap yang lain melibatkan penangkapan empat elektron oleh molekul O2:
2Ca → 2Ca2+ + 4e-
O2 + 4e- → 2O2-
Setiap
tahap di atas disebut sebagai reaksi setengah sel, yang secara eksplisit
menunjukkan banyaknya elektron yang terlibat dalam reaksi. Jumlah dari reaksi
setengah sel memberikan reaksi keseluruhan:
2Ca + O2 + 4e- → 2Ca2+ + 2O2- +
4e-
Atau jika kita menghapus
elektron-elektron yang muncul dalam kedua persamaan reaksi,
2Ca + O2 → 2Ca2+
+ 2O2-
Akhirnya ion Ca2+ dan O2-
bergabung membentuk CaO:
2Ca(s) + O2 → 2Cao(s)
Menurut
aturan, kita tidak perlu menampilkan matan dalam rumus molekul senyawa ionik.
Reaksi
setengah sel yang melibatkan hilangnya elektron disebut reaksi oksidasi.
Istilah oksidasi awalnya digunakan untuk menjelaskan kombinasi unsur dengan
oksigen. Namun istilah tersebut sekarang memiliki arti yang lebih luas,
termasuk untuk reaksi-reaksi yang tidak melibatkan oksigen. Reaksi setengah sel
yang melibatkan penangkapan elektron disebut reaksi reduksi. Dalam pembentukan
kalsium oksida, kalsium teroksidasi. Kalsium bertindak sebagai suatu zat
pereduksi karena memberikan elektron kepada oksigen dan menyebabkan oksigen
tereduksi. Oksigen tereduksi dan bertindak sebagai zat pengoksidasi karena
menerima elektron dari kalsium, yang menyebabkan kalasium teroksidasi.
Perhatikan bahwa tingkat oksidasi dalam reaksi redoks harus sama dengan tingkat
reduksi; yaitu, jumlah elektron yang hilang oleh zat pereduksi harus sama
dengan jumlah elektron yang diterima oleh zat pengoksidasi.
Suatu
jenis reaksi redoks yang umum adalah reaksi antara logam dengan asam,
dituliskan sebagai:
Logam + asam → garam + molekul hidrogen
Bahan Pengoksidasi dan Pereduksi
Dapat
dilihat bahwa antara reaksi reduksi dan oksidasi selalu terjadi dalam waktu
yang bersamaan. Pada reaksi :
Fe + O2 → Fe2O3
Fe
mengalami oksidasi, dan zat yang mengoksidasi Fe adalah O2. Zat-zat seperti O2
ini dinamakan oksidator, sedangkan Fe adalah lawannya, reduktor.
Oksidator = pengoksidasi = dalam reaksi
akan tereduksi (biloksnya turun).
reduktor = pereduksi = dalam reaksi
akan teroksidasi (biloksnya naik).
Contoh:
Zn + CuSO4 → ZnSO4- + Cu
·
Biloks Zn naik dari 0 (pada Zn) menjadi +2 (pada ZnSO4). Hal ini berarti Zn
melakukan reaksi oksidasi.
·
Biloks Cu turun dari +2 (pada CuSO4) menjadi 0 (pada Cu). Hal ini berarti
CuSO4 melakukan reaksi reduksi.
Dengan demikian jelas bahwa:
Oksidator = CuSO4
Reduktor = Zn
Stoikiometri Reaksi dalam Larutan Berair (Titrasi)
Pada
pembahasan sebelumnya kita telah mempelajari stoikimetrik dengan metode mol
(konsep mol), dengan memperlakukan koefisien-koefisien dalam persamaan reaksi
yang setara dalam jumlah mol reaktan dan mol produk. Ketika bekerja dengan
larutan yang molaritasnya diketahui, kita harus menggunakan hubungan MV = mol
zat terlatut. Disini kita akan mempelajari dua jenis stoikiometri larutan yang
umum digunakan : analisis gravimetrik dan titrasi asam-basa.
Analisis Gravimetrik
Analisis
Gravimetrik adalah analisa kimia secara
kuantitatif berdasarkan pada proses pemisahan dan penimbangan suatu unsur atau
senyawa dalam bentuk yang semurni mungkin (suatu teknik analitis yang
didasarkan pada pengukuran massa). Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur
atau senyawa tertentu.
Bagian terbesar dari penentuan secara
analisis gravimetri meliputi transformasi/perubahan bentuk unsur atau radikal senyawa murni stabil yang
dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.
Metode penetapan gravimetri berdasarkan proses pemisahan:
·
pengendapan(presipitasi)
·
penguapan / pengeringan (evolusi)
·
penyarian
·
Elektrogravimetri
Suatu reaksi yang sering dipelajari
dalam analisis gravimetric karena reaktannya dapat diperoleh dalam bentuk murni
adalah:
AgNO3(aq) +
NaCl(aq) → NaNO3 (aq) + Ag Cl(s)
Persamaan ionic totalnya adalah:
Ag+(aq) + Cl-(aq) → AgCl(s)
Endapan yang terbentuk adalh perak
korida. Sebagai contoh, misalkan kita ingin menentukan persen massa Cl dalam
Nacl secara percobaan. Pertama-tama kita menimbang secara tepat suatu sampel
NaCl dan melarutkannya dalam air. Kemudian kita tambahkan larutan AgNO3 secukpnya ke dalam
larutan NaCl sampai terjadi pengendapan semua ion Cl- yang terdapat dalam
larutan menjadi AgCl. Dalam prosedur ini NaCl adalh pereaksi pembatas dan AgNO3
adalah pereaksi berlebih. Endapan AgCl dipisahkan dari larutan
pennyaringan, pengeringan, dan penimbangan. Dari massa AgCl yang trukur, kita
dapat menghitung massa Cl dengan menggunakan persen massa Cl dalam AgCl. Karena
jumlah CL yang terdapat dalam AgCl adalah sama dengan jumlah Cl yang terdapat
dalam sampel awal NaCl.
Perhitungan dalam Analisis Gravimetri
Dalam analisis gravimetri, endapan
yang dihasilkan ditimbang dan dibandingkan dengan berat sampel. Prosentase
berat analit A terhadap sampel dinyatakan dengan persamaan :
Untuk menetapkan berat analit dari
berat endapan sering dihitung melalui faktor gravimetri, yaitu jumlah berat
analit dalam 1 gram berat endapan.
Titrasi Asam-Basa
Studi kuantitatif mengenai reaksi
penetralan asam-basa paling nyaman apabila dilakukan dengan menggunakan prosedur
yang disebut titrasi. Dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang
konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut sebagai larutan standar,
ditambahkan secra bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui,
sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna. Jika
kita mengetaui volume larutan standard an larutan tidak diketahui yang
digunakan dalam titrasi, maka kita dapat menghitung konsentasi larutan tidak
diketahui itu.
Natrium hidroksida adalah salah satu
basa yang umum digunakan dalam laboraturium. Namun demikian, karena padatan
natrium hidroksida sulit diperoeh dalam keadaan murni, larutan tersebut harus
distandarisasi terlebih dahulu sebelum digunakan dalam kerja analitis yang
memerlkan keakuratan. Kita dapat menstandarisasinya dengan mentitrasinya
menggunakan larutan asam yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Asam
yang sering digunakan untuk analisis ini aalah suatu asam monoprotik yang
disebut kalium hydrogen ftalat (KHP), yang memiliki rumus molekul KHC8H4O4.
KHP adalah zat padat berwarna putih yang dapat larut yang secara komersial
tersedia dalam keadaan yang sangat murni. Reaksi antara KHP dengan natrium
hidroksida adalh:
KHC8H4O4(aq)
+ NaOH(aq) → KNaC8H4O4(aq) + H2O(l)
Persamaan ionic totalnya adalh
HC8H4O4-(aq)
+ OH-(aq) → C8H4O4-(aq) + H2O(l)
Prosedur titrasi, pertama-tama
sejumlah tertentu KHP dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer dan ditambahkan air
destilasi untuk membuat larutan. Kemudian larutan NaOH secara hati-hati
ditambahkan dari buret kedalam larutan KHP sampai mencapai titik ekuivalen,
yitu titik dimana asam telah bereaksi sempurna atau telah ternetralkan oleh
basa. Titik ini biasanya ditandai dengan perubahan warna indicator yang tajam,
yang telah ditambahakan sebelumnya ke dalam larutan asam. Dalam titrasi
asam-basa, indicator adalah zat yang memiliki perbedaan warna mencolok dalam
medium asam dan basa. Salah satu indictor yang umum digunakan adalah
fenolftalein, yang tidak berwarna dalam asam dan netral, tapi berwarna merah
muda dalam larutan basa. Pada titik ekuivalen, semua KHP telah dinetralkan oleh
NaOH dan larutan masih tidak berwarna. Namun jika kita menambahkan hanya satu
tetes lagi larutan basa NaOH dari buret, warna larutan akan segera berubah
menjadi merah muda/bersifat basa. Dengan mengetahui massa KHP yang bereaksi
(yang berarti jumlah molnya), kita dapat menghitung konsentrasi larutan NaOH.
Contoh:
Dalam percobaan titrasi, seorang mahasiswa menemukan bahwa
ia memerlukan 23,48 mL larutan NaOH untuk secara tuntas menetralisir 0,5468 g
KHP. Berapakah konsentrasi (dalam MOlaritas) dari NaOH tersebut?
Penyelesaian:
Dari persamaan yang telah setara kita lihat bahwa 1 mol KHP
menetralkan 1 mol NaOH. Dengan demikian, jumlah mol dalam 0,5468 KHP menytakan
jumlah mol NaOH dalam 23,48 mL larutan. Dari informasi ini kita dapat
menghitung jumlah mol NaOH dalam 1000 mL (atau 1 liter larutan), berikut
molaritasnya.
Pertama-tama kita hitung jumlah mol KHP dalam titrasi:
Mol KHP = 0,5468 g KHP x 1mol KHP/204,2 g KHP = 2,678 x 10-3
mol KHP
Karena 1 mol KHP = 1 mol NaOH, semestinya ada 2,678 x 10-3
mol NaOH dalam 23,48 mL larutan NaOH. Akhirnya, kita hitung molaritas NaOH sbb:
Molaritas larutan NaOH
=
x
=
0,1141 M
How to make money from slots or casinos. - Work On
BalasHapusTo make money งานออนไลน์ from slots or casinos, go to the casino and find your kadangpintar first deposit option that gives you more chances 바카라 사이트 to win.